Apakah gerangan Dagelanologi itu ?
Yang pasti manusia suka tertawa melihat dagelan, lawakan, lelucon, komedi, humor, dll. Sifat ini universal ada pada semua manusia, mrip dengan respon manusia terhadap musik. Orang menyukai kelucuan. Pertanyaannya adalah, apakah gerangan yang membuat sesuatu lucu ? Beberapa orang menjawab dengan baik. Antara lain
- Menurut Teguh Srimulat : lucu itu aneh.
- Menurut Jaya Suprana : lucu itu keliru, maka ada Kelirumulogi
- Menurut entah : plintiran logika.
- Unsur kejutan atau ketidak terdugaan.
- Menurut Charlie Chaplin (?) : Orang yang disiksa atau tersiksa itu lucu
- Bagi sementara wong Jowo (Yogya ?) : kata2 yang diplesetkan
- Bagi Arema (Arek Malang) : kata2 yang dibalik
- Kombinasi dari diatas
- Entah, apa lagi
Bagi yang tahu, silahken jawab pertanyaan sederhana ini : mengapa sesuatu itu lucu ?Contoh kasus2 :
“Mblong, burung itu sudah mati kuketapel !”
“Mana, mana, mana, .... ?” Gemblong menengadahkan mukanya kelangit.
Ini aneh karena burung yang sudah diketapel dan mati tidak dilangit lagi! Pasti jatuh ketanah. Juga tergolong Kelirumologi. Juga tidak logos. Jadi, definisi 1, 2, dan 3 diatas mengena.
Contoh lagi :
“Mblong, bantu aku!”
“Kenapa ?”
“Kunciku jatuh dikamar ini, tolong bantu mencari”
“Oke, ... “
“Lho, lho, lho, ... kok malah pergi ?”
“Jangan cari disitu, gelap. Cari diluar yang lebih terang!”
Contoh plesetan Ngedjogdja : Yayasan Pakuan Nugini. Pemilihan presiden diplesetkan menjadi pemilihan pesinden.
Contoh plesetan Arema : nganal, kodew
Yang plesetan bukan hanya orang2 Jogeja, iklanpun ada yang plesetan, misalnya : aku berfikir maka aku bertambah bingun. Itu plesetan dari René Descartes : cogito ergu sum atau aku berfikir maka aku ada. Inipun diplesetkan lagi oleh kaum eksistensialis menjadi ‘aku ada maka aku berfikir’.
Lelucon tentang menyiksa atau orang tersiksa sering disebut komedi slap stick yang banyak dijumpai pada seri Charlie Chaplin. Begitu juga dalam film2 kartun kanak2. tokoh2nya keplak2an, pukul2an, sampai bisa pipih seperti papan, kepalanya molor, dll. Film Home Alone tergolong ini, tokoh penjahat atau antagonis disiksa habis2an. Anak2 tertawa terkikik-kikik melihat sadisme ini. Ini aneh, tetapi itu nyatanya. Manusia suka melihat penderitaan makluk lain. Manusia memang terkadang nyolowadhi (misterius). Bukankah tontonan tinju, gulat, wrestling, bela diri, dll, adalah tontonan penganiayaan ?
Kebalikan komedi slap stik adalah komedi situasi. Yang saat ini sedang ‘in’ adalah bajaj Bajuri dan sejenisnya. Komedi Warkop lebih bernuansa slap stick.
Ada jenis lelucon dirty joke atau lelucon jorok. Tentang sex, kelamin, dan sebangsanya itu. Biarpun sering lucu, tak semua orang menyukai terutama jika terlalu vulgar (blak2an). Ada pula Intellegent Joke atau canda cendekia. Tidak semua orang bisa menangkap dengan seketika sebab mesti mikir dulu. Canda cendekia bersandar pada plesetan logika.
Misalnya :
Banyak belajar banyak yang lupa
Sedikit belajar, sedikit yang lupa
Tidak belajar, tidak ada yang lupa.
Jika begitu, ngapain belajar ?
Reaksi tertawa ada bermacam. Ada yang instant response : tertawa seketika ada pula yang ketawa belakangan (delayed response) terutama untuk canda cendekia. Ada pula yang tak bereaksi karena tidak ngerti lucunya dimana. Ini tergolong telmi :-(
Sejauh ini definisi Teguh Srimulat, Jaya Suprana, dll, bahwa lucu itu karena aneh, keliru, tidak logis, dan kejutan cukup sahih. Tetapi barangkali ada yang bisa menmberi jawaban lain ?
Mengapa sesuatu itu lucu ?
No comments:
Post a Comment